Jakarta, 14 April 2011 07:56
Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah menegaskan, tidak ada pemerintah yang melakukan negosiasi dengan perompak.
"Pemerintah di mana pun tidak mau negosiasi dengan perompak, kalaupun ada negosiasi tidak dilakukan atas nama pemerintah, walaupun ada fasilitasi," kata Faiza di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/4).
Menurut Faiza, Pemerintah Indonesia melakukan komunikasi dengan seluruh pihak, tidak hanya dengan pemerintah Somalia namun juga dengan pihak-pihak lain yang dapat memberi akses kepada para perompak. "Tapi tentu tidak bisa kami jelaskan secara terinci," katanya.
Sementara, terkait dengan izin Pemerintah Somalia untuk melakukan operasi militer, Faiza mengatakan, pemerintah Somalia dapat memberikan pernyataan apa saja namun fakta yang tidak dapat dipungkiri adalah mereka tidak menguasai negaranya sendiri.
"Nanti kita malah membantu melawan lawan-lawan politiknya kalau kita operasi militer," katanya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto. Menurutnya, komunikasi dengan perompak dilakukan oleh perusahaan pemilik barang. "Pemerintah tidak ikut. Mereka tidak pernah berhubungan dengan pemerintahan. Tetapi pemerintah Indonesia dari awal dengan pemilik kapal sudah ada komunikasi," katanya.
Menurut Djoko, negosiasi juga melibatkan agen-agen dari sejumlah negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Singapura. "Ada banyak. Kita kontak-kontak poin kita cari yang paling pas," katanya.
Saat ini, lanjutnya, sedang dicari mekanisme yang paling tepat untuk menyelesaikan kasus itu. Djoko juga menyebutkan kesiapan pemilik kapal untuk menyelesaikan permasalahan itu. "Mekanismenya bagaimana, mengirimnya bagaimana, kepada siapa, penghubungnya siapa, dan jalurnya bagaimana. Proses itu sedang dimatangkan tapi yang paling utama adalah prioritas pada keselamatan awak kapal," katanya.
Sementara, terkait opsi operasi militer, Djoko mengatakan bahwa keputusan yang diambil adalah yang paling baik untuk keselamatan awak kapal.
Djoko juga mengatakan, para awak kapal diharapkan dapat segera dibebaskan sekalipun tidak memberikan batas waktu yang pasti untuk pembebasan sandera.
Selain kapal Sinar Kudus, saat ini masih ada 26 kapal lain dari 16 negara yang disandera para perompak Somalia. Jumlah anak buah kapal yang disandera adalah 583 orang, termasuk 20 orang warga negara Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar